Sabtu, 27 November 2010

Saya adalah gelas kristal dalam lemari kaca.

Orang bilang saya berharga. Saya pintar. Saya berbakat. Sebagian besar bilang saya jenius. Tapi saya hanyalah sebuah pajangan dalam lemari kaca. Luar biasa indah, luar biasa mahal, tapi hanya dari satu sisi. Sisi lainnya? Rapuh.

Di beberapa sisi saya akui saya cemerlang, saya cinta diri saya, tapi saya sadar saya memiliki banyak kekurangan. Entah mengapa, banyak yang tak menyadarinya. Segunung kekurangan saya tertutup oleh pesona sesaat. Keindahan semu.

Lihatlah gelas-gelas kristal itu.

Indah bukan?

Saya adalah gelas kristal dalam lemari kaca.

Saya adalah orang yang sangat emosional.

Mengapa saya sangat rapuh?

Saya tidak dapat berdiri jika tak ada orang-orang yang menopang di samping saya. Saya tidak akan bercahaya jika tidak ada lampu yang menyinari saya. Terkadang saya lelah akan diri saya sendiri.

Mengapa saya sangat mencintai diri sendiri?
Padahal saya sendiri sadar bahwa saya bukanlah orang yang tepat untuk saya cintai.

Saya terlalu menyombongkan mutu diri. Menyombongkan build-quality saya yang terbuat dari kristal. Tanpa tersadar akan debu yang menempel di sekeliling badan saya. Tanpa sadar akan lampu yang membuat saya bercahaya. Tanpa sadar akan lemari yang menjaga saya. Tanpa sadar akan seniman yang mencetak saya dengan bentuk luar biasa indahnya.

Lalu ketika mereka semua tiada, dan saya dihadapkan pada dunia nyata, saya akan hancur. Saya akan rusak. Saya akan menjadi kepingan tak berharga yang bahkan membahayakan. Saya hanya dapat meneteskan air mata saya. Saya sudah bukan lagi sesiapa. Saya hanya serpihan kaca yang sebentar lagi akan disapu atau akan membuat orang celaka.

Saya adalah orang yang menarik untuk diajak bicara. Saya adalah orang yang menyenangkan untuk diajak menjadi teman. Saya adalah sosok keindahan yang semu. Tapi jika kamu mau menjadi sahabat sejati saya, itu adalah tindakan bunuh diri. Karena saya selalu membutuhkan perlindungan. Saya membutuhkan cahaya untuk membuat saya berkilauan. Saya membutuhkan lemari untuk menjaga saya. Saya bukanlah sosok yang tepat untuk menjadi pengayom, karena saya lemah.
Saya malu menjadi orang lemah yang bertingkah seolah saya adalah orang terkuat sedunia.

Saya terkadang malu terhadap diri saya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar